Mendukung Capres Tertentu, Langgar Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Hakim?
Oleh:
Ahmad Z. Anam, S.H.I., M.S.I.[1]
Sekapur
Sirih
Pilpres semakin
dekat.[2]
Aroma persaingan menuju RI 1 semakin kuat. Gairah publik untuk mendukung Capres
pilihannya pun semakin menggelora. Masing-masing pendukung memiliki ekspektasi
besar agar kandidatnya dapat terpilih menjadi presiden, hingga dapat membawa
bangsa ini menuju mukti wibawa. Itulah potret pembumian demokrasi.
Soal
dukung-mendukung, tiap individu tentu memiliki kecenderungan untuk melakukannya,
termasuk hakim. Ini wajar. Visi misi, kenegarawanan, popularitas, ketegasan, rekam
jejak, dan wibawa Capres seringkali membuat konstituen jatuh hati—bahkan dalam
kadar tertentu, mati-matian untuk memperjuangkan kemenangan tokoh tersebut. Ada
yang aneh? Tidak ada. Ini tetap sah-sah
saja.