Rabu, 26 Maret 2014

Metodologi Kajian Islam

TEORI DASAR PENDEKATAN DALAM PENGKAJIAN ISLAM (I)

Telaah Pemkiran Charles J. Adams Islamic Religious Tradition
dalam Buku The Study Middle East : Research and Scholarship in the Humanities and the Social Science
Oleh : Ahmad Z. Anam

  1. Pendahuluan
            Kegelisahan yang mendasar dalam Islamic studies adalah membedakan dua unsur utama: Islam dan tradisi keagamaan (Islam). Hal ini—menurut Charles J. Adam—karena, memang belum ada pemetaan wilayah yang jelas di antara keduanya.
Bertolak dari sini, Adam memberikan tawaran komperehensif dalam  pendekatan dalam pengkajian Islam. Ia menghadirkan inter dan multi disipliner keilmuan untuk mendekati Islam. Orientasinya: pembacaan wajah Islam yang utuh dan objektif.
 Adam berhasil membuka gerbang masuk kajian ke-Islaman. Urgensi pendekatan normative dan deskriptif yang  ia jelaskan merupakan masterpiece yang berperan penting dalam perkembangan studi Islam. Adam mejabarkan pendekatan normative dalam tiga wilayah besar: Pertama: Traditional missionary approach (pendekatan misionaris tradisional), kedua: Apologetic approach (Pendekatan apologetic), dan ketiga: Irenic Approach (Pendekatan irenik)
 Sementara pendekatan deskriptif juga terpilah dalam tiga wilayah: Pertama: Philological and historical approach (Pendekatan filologi dan histories) kedua: Phenomenological approach (Pendekatan fenomenologi), dan ketiga: Social scientific approach (Pendekatan ilmu-ilmu sosial)
Islamic Studies dengan pendekatan inter dan multi-disipliner ini akan mampu mengakaji Islam dengan totalitas—meliputi normativitas dan historisitas Islam.

  1. Permasalahan / kegelisahan akademik
            Kesulitan yang paling mendasar (the greatest difficulties) dalam pengkajian Islam adalah permasalahan memberikan batasan antara dua unsur utama, yaitu; Islam dan tradisi keagamaan Islam.[1] Pernyatan ini merupakan “salam pembuka” yang disampaikan Charles J. Adams dalam thesisnya yang berjudul Islamic Religious Tradition.
            Problem tersebut muncul karena memang belum ada batasan yang tepat bagi kedua terminologi di atas. Bertolak dari ke-absurd-an pemetaan wilayah agama dan tradisi keagamaan ini, Charles berusaha tampil untuk mencari jawaban atas kegelisahan dengan melihat Islam dengan beberapa pendekatan yang lebih relevan, universal, dan menjadikan Islam dipahami dengan wajah utuh. Pendekatan-pendekatan yang ditawarkan mencakup; pendekatan normatif, pendekatan filologi dan historis, pendekatan ilmu social dan pendekatan fenomenologi.
            Dengan mediasi pendekatan-pendekatan yang charles tawarkan, ia ingin menujukkan, bahwa bagaimanapun juga Islam memiliki aspek histories yang termanifestasikan dari pengalaman-pengalaman umatnya dalam menjalankan ajaran agama. Ia ingin memberikan pemahaman yang lebih luas dan utuh terhadap Islam.
  1. Kerangka Teori/ The Way to think
            Gagalnya para Islamis dalam menyajikan fenomena keagamaan Islam mengusik  Charles untuk menelurkan sebuah konsep “baru”, pembacaan Islam dari multi-aspek, inilah kerangka berfikir yang ditawarkan Charles. Karena, --menurutnya-- membaca Islam hanya dengan sudut pandang saja, akan berakibat tereduksinya Islam dari keutuhan aslinya.
            Sebuah penggambaran sederhana, suatu bangun prisma segi empat, jika dilihat dari satu sudut pandang saja, niscaya akan terjadi kesalahan kesimpulan yang dihasilkan. Orang yang memandang dari arah bawah akan mengatakan ‘Prisma itu persegi”, sementara kesimpulan orang yang memandang dari samping, “Prisma itu segi tiga”, adapun pengelihatan dari atas orang akan menyimpulkan “Prisma itu lancip”. inilah pentingnya pembacaan sebuah objek dengan berbagai pendekatan, sebagai jalan keluar menghindari terjadinya bias dan  kesalahan kesimpulan.
            Terkait dengan Islamic Studies, dikarenakan Islam tidak hanya memiliki dimensi tunggal (mono dimensi), hal ini meniscayakan kemungkinan hadirnya aplikiasi metodologi keilmuan lain[2]. Sebagai upaya logis untuk mengartikan Islam dengan kaffah (totalitas).

  1. Metodologi Pendekatan Dalam Pengkajian
            Dalam karyanya Islamic Religious Tradition, Charles menawarkan berbagai macam pendekatan, diantaranya[3]:
a)      Pendekatan Normatif (Normative or Religious Approaches)
Pendekatan normatif ini terbagi menjadi tiga macam, yakni:
1. Pendekatan Misionaris Tradisional (Traditional Missionary approach)
Pendekatan ini berawal saat dunia memasuki abad ke-19, dimana pada masa itu telah marak terjadi tindakan-tindakan kolonisasi dan pelaksanaan program dakwah besar-besaran yang dilakukan oleh misionaris Kristen. Objek yang subur untuk kegiatan misionaris pada saat itu adalah daerah Asia dan Afrika.
Meskipun sepertinya kolonisasi selalu beriringan dengan tindakan-tindakan misionaris, namun sebenarnya tujuan mereka, bisa dikatakan lebih mengutamakan kepada tindakan-tindakan misionaris yakni berusaha menkonversi umat agama lain kepada agama Kristen.
Pendekatan ini bisa dikategorikan memiliki ciri-ciri sebagai berikut; memiliki tujuan untuk mengkonversi orang lain ke dalam agamanya, memiliki kecenderungan untuk melakukan truth claim yang berlebihan, serta biasanya muncul dan dilakukan ketika terjadi penjajahan.
2. Pendekatan Apologetik (Apologetic Approach)
Menurut Charles, Pendekatan ini sangat kental pada beberapa pemikir Islam pada masa abad ke-20. Bahkan saat itu, sangat sulit menemukan pemikir muslim yang tidak berpikir apologis. Hal ini adalah wajar, sebab saat itu umat Islam, bisa dikatakan cukup terkejut dengan kemajuan yang dimunculkan oleh era modernitas, apalagi garda depan kemajuan ini adalah dari dunia Barat, padahal kemajuan sebelumnya telah terjadi di dunia Islam. Dalam menggambarkan kondisi apologis kaum Muslim ini, Charles memberikan ulasan sebagai berikut: tema besar yang diusung oleh modernis sudah sangat dikenal di kalangan ilmuan Islam, semisal: rasionalitas dalam pengetahuan, semangat progresifitas, pandangan liberal dan historisitas yang memihak kepada kemanusiaan.[4]
Diantara pemikir yang menggunakan pendekatan ini adalah: Sayyid Amir Ali dengan judul bukunya The Spirit of Islam dan W.C. Smith dengan judul bukunya Modem Islam in India dan Islam in Modem History.
Ciri-ciri yang bisa diambil dari pendekatan ini adalah: bersifat mempertahankan diri dari serangan ide-ide luar dan selalu mencari-cari argumen dari dalam kelompoknya sendiri seperti melakukan romentisasi sejarah kejayaan masa lalu untuk mengahadapi hal baru yang datang dari luar tersebut.
3.       Pendekatan Irenik (Irenic)
Menurut Charles, Kemunculan pendekatan ini berawal dari kondisi dan situasi masa-masa perang dunia kedua. Pendekatan ini diharapkan dapat memunculkan sikap simpatik dan apresiasi terhadap agama Islam, dengan kata lain, pendekatan ini pada dasarnya memiliki usaha-usaha untuk mendialogkan Islam dan Kristen, dan lebih umum lagi peradaban timur dan barat, agar masing-masing peradaban tidak melakukan sikap saling prejudis, antagonistik, dan saling merendahkan.
Diantara pemikir yang melakukan pendekatan ini adalah: Bishop Kenneth Gragg dan W.C. Smith dengan karyanya The Faith of Other Men dan essainya yang berjudul Comparative religion, whither and why?
Ciri khas yang bisa diambil dari pendekatan ini adalah; lebih bersifat apresiatif terhadap agama lain dan berkeinginan untuk melakukan tindakan dialogis dengan kelompok lain.
b)     Pendekatan Deskriptif
1.         Pendekatan Filologi dan Historis (Philologica and Historical Approach)
Meskipun Charles J. Adams dalam mengawali tulisannya tentang pendekatan ini menyatakan bahwa pendekatan ini adalah pendekatan yang cukup produktif dalam mengkaji Islam, namun sebenarnya pendekatan ini awalnya bukanlah murni untuk keperluan Islam itu sendiri tapi hanya sebagai hasil sampingan untuk bahan perbandingan dari studi-studi yang berkaitan dengan kitab Injil. Maksud dari pendekatan ini adalah memandang agama melalui teks-teks agamanya dan melacak asal usul historisnya.
2.         Pendekatan Ilmu Sosial (Social Scientific Approach)
Pesatnya perkembangan Social Scientific dalam wilayah kehidupan dan intelektual memang tidak bisa ditolak, dan pengaruhnya ini pun juga menembus wilayah-wilayah agama, karena itulah pendekatan ini perlu digunakan. Adapun yang dimaksud denga pendekatan Social Scientific ini adalah bahwa Islam didekati sebagai sesuatu yang riil berjalan dan hidup di dalam sebuah realitas empiris tertentu. Jadi fenomena-fenomena lahiriah Islam dicoba untuk diteliti dengan menggunakan ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, politik, antropologi, dan lain sebagainya. Namun menurut Charles pendekatan ini memiliki sisi kelemahan, karena yang ditelitinya hanyalah sisi lahir (empirik) dari objek studinya, dan bagi agama seperti Islam, hal ini akan memungkinkan munculnya tindakan-tindakan reduksi.
3.         Pendekatan Fenomenologi (Phenomenological Approach)
Charles mengalami kesulitan dalam mendefinisikan fenomenologi agama. Namun menurutnya ada dua hal penting yang akan membantu menjelaskan fenomenoloogi. Pertama,  Fenomenologi diartikan sebagai metode memahami agama orang lain dengan berusaha untuk memasuki komunitas agama dengan meninggalkan atribut yang dimiliki. Kelebihan metode ini, seorang peneliti akan mendapat informsi dan pemahaman lebih dari agama yang diteliti. Adapun kekurangannnya, bias jadi iman peneliti tergoyahkan dan berpindah agama. Kedua, fenomenologi dipandang sebagai suatu pendekatan yang mencoba mencari stuktur dasar dan fenomena-fenomena agama dengan melintasi batas komunitas agama dan budaya.
  1. Metode Pengolahan Data (The Way to Obtain Data)
            Charles menggunakan pola deskriptis dalam menuangkan ide pemikirannya. Adapun jenis penelitiannya menggunakan studi pustaka (library reseach).
  1. Penutup
Upaya pengejawantahan al-Islam shalih li kull az-zaman wa al-makan hanya akan bisa dicapai dengan pemaknaan Islam dengan utuh, lintas berbagai dimensinya. Oleh karena itu, Islamic Studies dengan berbagai pendekatan dipandang sebagai solusi yang tepat untuk mengkaji Islam dengan totalitas. Tidak hanya terpasung pada normativitas, namun merambah dan memperhatikan historisitas.
Sudah selayaknya, perkembangan Islamic Studies sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Hadirnya pendekatan pengkajian Islam yang  bervarian diharapkan lebih mampu membaca Islam dari berbagai sisi, kemudian menghasilkan kesimpulan yang utuh, dari penggabungan sisi-sisinya.






BIBLIOGRAFI

Adams, Charles J.,  Islamic Religious Tradition dalam The Study of The Middle East Leonard Binder (Ed), (Canada: Studies Association of North America, 1976 ).
Mudhar, Atho, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek (Ypgyakarta: Pustaka Pelajar, 1998).
Martin, Richard C., Approach to Islam in Religiaous Studies (U.S.A: The University of Arizona press/Tucson,1986).






[1] Charles J. Adams, Islamic Religious Tradition dalam The Study of The Middle East diedit oleh Leonard Binder, (Canada: Studies Association of North America, 1976 ), hlm. 26.  
[2]  Richard C. Martin, Approach to Islam in Religiaous Studies    (The University of Arizona press/Tucson,1986) hlm vii.
[3]  Charles J. Adams, Islamic Religious Tradition… hlm 34-54
[4] Ibid., hlm. 37. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar