Rabu, 26 Maret 2014

Nama Do'a (amien)

MENGAPA “AIR LANGGAR KFA”?[1]
Oleh: Ahmad Z. Anam, M.S.I. dan Arina H., A.Md.[2]

Sekapur Sirih
            Nama Air Langgar KFA itu nyeleneh, unik, dan tak terjangkau nalar. Itulah beberapa opini publik yang beredar sesaat pasca nama itu kami resmikan melalui kenduri sepasaran.[3] Bahkan, ada juga yang berpendapat nama tersebut tidak memenuhi unsur estetika. Kami sangat memahami hal itu: kepala sama berambut, kecerdasan beda.[4] Terlepas dari wacana yang berkembang, bagi kami dan beberapa sahabat yang mempunyai “pengetahuan linuwih”, nama Air Langgar KFA adalah nama yang sangat prestisius; megah; berwibawa.
            Dengan goresan pena ini, kami akan mengelaborasi dengan kajian ilmiah terkait historisitas dan makna luhur yang tersirat pada nama jagoan kami. Selamat membaca. Semoga mencerahkan. Semoga menginspirasi.
Historisitas (Kesejarahan)
            Jauh sebelum buah hati kami terlahir di bumi pertiwi ini, kami telah berdiskusi  panjang untuk memberikan nama padanya. Kami sangat sadar nama adalah do’a, harapan, dan identitas. Nama dapat merfleksikan sifat, karakter, perilaku dan visi pemilinya. Oleh karena itu, logis jika Baginda Nabi Muhammad menganjurkan untuk memberikan nama terbaik bagi bayi yang baru lahir.
            Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Darda berkata:

Berdasarkan pertimbangan data di atas, kami tidak akan sembrono dalam menyematkan sebuah nama untuk putera kami. Untuk itu, kami harus “berijtihad” demi mendapatkan nama terbaik.
            Air langgar KFA, adalah sebuah nama final yang kami pilih. Redaksi Air Langgar terinspirasi dari statemen seorang alumni pesantren yang menjadi guru besar dan negarawan berpengaruh di negara ini, Prof. Dr. Mahfud MD. Beliau adalah Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Statemen itu muncul saat beberapa pihak dari Universitas Islam Indonesia dan Universitas Gadjah Mada saling berebut klaim terkait universitas mana yang paling berhak dijadikan jawaban jika ada pertanyaan: Alumi mana Prof. Dr. Mahfud MD? UGM atau UII? Tak heran, karena ketokohan beliau, kedua institusi tersebut saling berebut klaim atas almamater beliau.
            Menanggapi polemik tersebut di atas, dengan tenang, Prof. Mahfud MD menjawab, “Saya adalah alumni Air Langgar”. Semua pihak yang hadir di forum itu bertanya-tanya, Universitas apa Air Langgar itu? Beliau menjawab, “Air langgar adalah pesantren yang dikelilingi air nan jernih”.[5]
                Sedangkan KFA (Khalifatullah Fi Al-ardh), ide tersebut terlahir saat saya (Ahmad Z. Anam) mengikuti ESQ (Emotional and Spiritual Quotion) 165 pada  DIKLAT II Program Pendidikan dan Pelatihan Calon Hakim Terpadu Republik Indonesia (2011). Teringat jelas, saat itu, seorang trainer melontarkan pertanyaan kepada saya, sebuah pertanyaan filosofis, “Siapa Anda?”. Setelah seolah ada bisikan lembut di telinga saya, spontan saya menjawab, “Khalifatullah Fi Al-Ardh”. Trainer tersebut kemudian mengangguk-membenarkan.
Unsur Ke-Islaman dan Ke-Indonesiaan
            Nama adalah identitas jati diri. Oleh sebab itu, sedapat mungkin kami berupaya menuangkan identitas yang komperehensif dalam redaksi nama. Ada dua identitas pokok yang menyertai saat anak kami lahir: Islam dan Indonesia.
            Redaksi Air Langgar, terdiri dari dua kata berbahasa Indonesia. Inilah identitas konteks ke-Indonesiaan. Hal tersebut kami maksudkan agar anak kami menghormati dan menjunjung tinggi kearifan lokal (local wisdom), memiliki nasionalisme tinggi, serta bangga menjadi Orang Indonesi (OI)—meminjam istilah Iwan Fals.
            Sedangkan KFA (Khalifatullah Fi Al-ardh) yang bermakna khalifah Allah di bumi, terdiri dari bahasa Qur’an (baca: Arab). Kata ini merfleksikan identitas ke-Islaman. Harapan kami semoga identitas ini tetap melekat pada jiwa anak kami hingga akhir hayat.
Makna Air
            Air adalah sumber kehidupan. Semua teori tidak membantah adagium ini. Tak dapat dipungkiri, seluruh kehidupan di bumi ini dihidupkan oleh Allah dengan perantara air. Selanjutnya, untuk menjaga keberlansungan kehidupan itu sendiri, Allah juga menggunakan washilah air.[6] Artinya, Air sangatlah dibutuhkan untuk penciptaan dan keberlangsungan kehidupan. Al-Qur’an dalam Surat al-Anbiya’ (30) menegaskan:

وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاء كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
Artinya: “Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup, apakah mereka beriman? 
            Air (tirta) juga dugunakan sebagai satu diantara lima lambang hakim. Bahkan, lambang air diposisikan sebagai pondasi (dasar) dari keempat lambang lainnya. Hal tersebut dimaksudkan agar seluruh Hakim Indonesia berasas jiwa air. Air dalam konteks ini dimaknai sebagai kejujuran, kejernihan, dan sebagai media yang membersihkan (mensucikan).[7]
Dengan tabarruk (mengharap berkah) dari peran air bagi kehidupan ini, kami sangat berharap agar kelak anak kami laksana air: sangat dibutuhkan oleh kehidupan, jujur, jernih, dan “mensucikan”.
Makna Langgar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, langgar didefinisikan sebagai tempat sembahyang dan mengaji. Artinya, langgar adalah wahana peribadatan sekaligus keilmuan. Sungguh, ini adalah tempat yang mulia.
            Langgar merupakan masjd kecil[8] atau juga sering diartikan sebagai mushola. Redaksi langgar pada masa ini sudah tidak sepopuler dulu. Saat ini orang lebih cenderung menggunakan istilah mushola. Hemat kami, ada keistimewaan langgar dibanding tempat peridabatan lainyya.
            Langgar biasanya adalah sarana peribadatan yang dibangun pada tempo dulu, oleh salaf ash-shalih bergotong-royong dengan masyarakat, dengan penuh keikhlasan, dan jauh dari unsur politis.
Makna KFA
Ayat al-Qur’an
Panggilan (laqab)
Penutup
Semoga Menjadi Air Langgar Khalifatullah fi Al-Ardh





[1] Opini ini  ditulis untuk mendeskripsikan rasionalitas penamaan anak pertama kami , lahir pada hari Sabtu, tanggal 11 Mei 2013, bernama Air Langgar KFA.
[2] Ayah dan Ibu Kandung Air Langgar KFA.
[3] Sepasaran dalam tradisi Masyarakat Jawa adalah kenduri dalam rangka tasyakuran lima hari pasca kelahiran, biasanya sekaligus diadakan acara tasmiyah (penamaan).
[4] Dalam pepatah Arab dikenal istilah likulli ra’sin ra’yun; setiap kepala memiliki pendapat (berbeda).
[6] Detail fungsi dan keajaiban air dibahas dalam buku Masaru Emoto, The true Power of Water, (MQS Publising, 2006).  
[7] Lambang Hakim terdiri dari cakra, candra, sari, kartika, dan tirta (air). Baca: MateriKode Etik dan Perilaku Hakim, Badan Litbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung RI, 2012, hlm. 7
[8] Kamus Besar Bahasa indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar